TEMU (SYAIR)






Aku tak memaksa rindu tuk bersua , tuk merebah di suatu tempat milikmu , tuk merangkai kalimat yang teruntai padamu.
Jika kau yang merasa dituju , itu kehendak lain.
Kau bisa belajar dari angin , ia berhembus tak pandang siapa ,kapan atau bagaimana.
Menelisik masuk jauh kedalam indera, menyusuri rongga-rongga hingga menembus seonggok daging yang bernama hati.

Sungguh , bukan suatu kebetulan jika akhirnya aku melihatmu ,hingga menarik bahtera pencarianku untuk berlabuh. Bukankah sebelum ini kita adalah orang asing?
Dan jika akhirnya kau menjadi pernjanjian antara aku dengan Tuhan , tentu itu bukan suatu kekeliruan.
Usahlah bibirmu berucap "mengapa" , karna pasti "entah"yang akan menggema di telingamu. 

Sejujurnya ini bukan mengenai pertanyaan yang tak kunjung melahirkan pernyataan.
Jauh lebih dari itu, sesuatu yang tak akan mampu di-logika-kan oleh nalar.
Ku yakin Ibu dan Ayahmu tak pernah terfikir untuk melahirkan seorang bidadari pengeja rasa , sebuah magnet yang membuatku melekat erat pada binarnya , semakin erat hingga akhirnya aku menyerah dalam dekapnya.
Aku tahu aku tidak terlalu mengenalmu , begitupun dirimu. 
Namun Tuhan mengetahui pasti siapa kita dan untuk apa kita tercipta. 
Jika bukan untuk saling melengkapi , lantas apa alasan Tuhan mempertemukan dua aksara?
Beberapa hal memang tak bisa dipaksakan , namun banyak hal bisa di upayakan.
Mengapa kau gemar memvonis dirimu sebuah do'a yang terombang-ambing? 
Semua aksaramu menyudutkanku mengiba rasa sedemikian rupa. 
Berhentilah , kau bukan nama yang kesepian. 
Berbaliklah , ribuan do'a menyebut namamu , dan yang berada di garis paling depan adalah kata kedua yang kau baca setelah judul.
Jika kau telah sadar , buatlah angan dan hati ini bergetar lagi dari kematian karna harapan.
Kau benar , tak ada temu yang dipercepat atau diperlama. Ia menunggu dalam kesetiaan penantian yang berpangan ketulusan.
Sampai berjumpa di pertemuan itu.


Bogor , 2 Februari , 2017

0 comments:

Post a Comment