PULANG (SYAIR)





Saya pernah menari-nari di atas lantai kebodohan yang megah beratapkan dosa ,
Tertawa buta bertingkah semaunya, seolah bumi tiada pernah ada pemiliknya.
Berbangga diri mengais dosa yang selalu saya anggap kenikmatan tiada tara ,
Hingga urat sadar saya terputus menjuntai diantara bayang-bayang neraka.

Kepalsuan yang saya pelihara , atau kekosongan arah yang tiada pernah sudi saya raba ,
Telah menyeret saya hina ke tepian bimbang antara logika , rasa dan agama.
Saya terdampar penuh luka lantaran dibunuh tanya , yang kokoh menjulang tak terlampaui mata.
Tentang apa-apa yang membuat saya sedemikian hampa, merenungi hidup manusia yang tak satu kepala-pun tahu tujuannya.

Di puncak kegelapan mata , saya melihat cahaya kecil yang sedikit malu-malu untuk menyapa ,
Yang indah berbinar tatkala saya kidungkan sembilan puluh sembilan Nama kepunyaan Yang Maha Esa.
Ia sesekali tersenyum menggemaskan ,  Seolah mengajak saya berjalan , menapaki kerasnya hati pada lembutnya Kasih sayang Tuhan.

Waktu-pun diam.
Pelita berbinar di langit temaram.
Kelam menjelma tenteram.
Gelora bimbang padam.
dan saya tersungkur menangis sangat dalam pada pelukan islam.

Tapi..

Celaka-lah saya bila di SisiNya tak ada lagi ruang untuk manusia khilaf yang ber-sandalkan bimbang , yang pernah mengambang remang-remang berpeluh kesah menyulam langkah demi mencari jalan pulang , Jalan pulang yang ber-Tuhankan Ar-Rahmaan dan ber-pintukan ampunan untuk  kesalahan yang jumlahnya tiada sanggup saya lukiskan.

Maka...

Duhai Allah Yang Maha Memberi Ampunan
Tiada-lah kebahagiaan bila Engkau tak memaafkan ,
Tiada-lah kemuliaan bila Engkau telah menghinakan ,
dan tiada-lah keselamatan bila Engkau tak membukakan jalan.

Duhai Allah Pemilik Asma’ul Husna
Lunakkan-lah apa yang angkuh bersemayam di antara rusuk dan iga ,
Ampunkan-lah kesalahan-kesalahan yang tak terlukis jumlahnya ,
dan Bimbing-lah setiap langkah yang selalu pandai menorehkan dosa.

Duhai Allah Yang Maha Keras Siksanya 
Jangan-lah Engkau kunci pintu hati saya untuk KasihMu yang selalu menyapa ,
Jangan-lah Engkau sesatkan langkah saya ketika sesungguhnya tiada lagi penolong di manapun saya akan berada ,
dan jangan-lah Engkau siksa saya atas keberhasilan iblis menyesatkan saya.

 
atau biar-lah saya binasa ,
Terkubur hina membawa segenggam percaya ,
Bahwa kasih sayang Engkau , melebihi segala murka.



Duhai Allah
Di bawah NamaMu, do’a mencapai palung.
Di atas JalanMu , saya inginkan pulang.




Bogor , 09/Juni/2018 
(25 Ramadhan) 
02:00 Pagi

-Zhafir K Akalanka

0 comments:

Post a Comment