KATARSIS (SYAIR)





Satu daun terakhir akhirnya memilih jatuh.
Tinggalkan dahan dan ranting pohon yang kian merapuh.
Takkan lagi ada teduh.
Takkan lagi damai bisa tersentuh.
Semua akan mati terbunuh peluh dengan isi kepala yang hanya akan dipenuhi keluh.

Aliran darah dalam jiwa manusia perlahan mulai keruh.
Berkata seolah dekat namun masing-masing hati mereka jauh.
Dinding kemanusiaan runtuh;
Semacam mampu bersanding namun tertanda tangan musuh.

Aku sejenis asing di blantika komedi raya.
Nihilis dalam hening dengan luka hati yang cukup berbahaya.
Sebatang kara;
Tiada bersuara;
Katarsis melalui aksara hingga kecewa bermetamorfosa menjadi makna.

Jangan berharap cinta pada larik-larik sajakku ini.
Pikiran dan rasa tak lagi memiliki relasi.
Pengkhiatan hati sungguh membuatku represi;
Urat rasaku kehilangan resistansi;
Nisan pusara namaku tertanda ironi;
Terlalu banyak hal yang awalnya kuyakini tapi selalu saja berakhir kutangisi.

Aku memencilkan diri dalam labirin pikiranku sendiri.
Abstraksi nurani dari berbagai infeksi dan arogansi sosial saat ini.
Jangan cari.
Jangan ikuti.
Sebab aku adalah misteri yang akan membuatmu terjebak dalam kepalamu sendiri.

Isolasi aku!
Selamatkan dirimu!
Bantu aku,
Untuk membantumu.

0 comments:

Post a Comment