ALEGORI (SYAIR)




Perkenalkan namaku adalah kekecewaan.
Nama tengahku adalah penderitaan.
Dan ujung namaku adalah seperti apa yang ingin kau pikirkan.

Aku lahir dari perpaduan dua percaya yang akhirnya berujung kecewa.
Disusui oleh air mata;
Dimandikan oleh angkara;
Tinggal dalam lingkup nestapa dan tumbuh dewasa melalui berbagai derita.

Hobiku: berpura-pura bahagia, hingga aku terbiasa tertawa dengan sebuah rasa sakit di dalam dada.
Cita-citaku: menjadi cahaya seperti bintang yang menerangi manusia di langit angkasa, hingga aku terbiasa membakar diriku untuk orang-orang yang kucinta.

O, iya,
aku juga mengoleksi berbagai topeng yang terbuat dari campuran bahagia dan beragam dusta.
Aku memakainya kala harapan dan kenyataan tak mampu saling bekerja sama;
kala aku dipaksa menyukai apa yang tidak pernah aku suka;
Pun kala hatiku ditusuk tanpa rasa namun aku dipaksa untuk mampu baik-baik saja.

Dan kau tahu apa?
Aku tidak pernah lagi tahu siapa diriku sebenarnya.
Wajahku berlipat ganda seiring manusia hadir menghadiahi luka.
Dan bila kau bertanya aku siapa, aku adalah apa yang ingin kau terka.

Di dunia yang kini sedang kupijak dengan logika, manusia hanya tinggal sebatas mitos semata, yang kutatap dengan rasa hanyalah berbagai kumpulan hyena;
yang picik dan dipenuhi drama;
yang tega membunuh cinta demi perut dan seonggok kuasa.

Aku mengasing di tengah teriakan mereka yang teramat bising.
Mengisolasi diri dalam hening;
Mencari arti tanpa geming;
Menyusuri memori bagai perputaran kaleidoskop yang membuat jiwa kering dan akal sehat terpelanting.

Tapi aku memiliki sahabat yang kudapatkan dari titik kehancuran.
Dia adalah genggam yang tak pernah melepaskan.
Dia adalah senyuman di segala ketidakmungkinan.
Dia adalah satu-satunya kepercayaan di antara lalu-lalang pengkhianatan.
Dan aku memanggilnya "harapan."

Kini, aku dan sahabatku berada di penjara tanpa jeruji.
Kaki-tangan kami merdeka namun mulut dan pikiran senantiasa dikunci.
Demokrasi menjadi semacam ilusi;
Represi;
Polemik harga diri;
atau objek transmisi dari ego tak terkendali untuk memanipulasi dan mengikat leher kami dalam mengikuti apa yang hanya mereka sukai.

Lantang,
Dengarkan jeritan diamku yang lantang;
yang mungkin terdengar namun terlalu jauh dari gapaian peduli orang-orang.
Bentang,
Saksikan hamparan lukaku yang terbentang; yang mungkin jelas terpampang namun terlalu bintang dan sayang untuk hilang dibuang.

Ada banyak hal yang melayang di tatapan mataku yang tenang.
Ada banyak hal yang mengiang di dalam kepalaku yang tegang.
Ada banyak hal yang ingin kubuang namun nyatanya malah abadi terkenang dan membuatku amat terkekang.

Mereka seperti benang kusut yang saling mengait di sebuah ruang.
Sukar diurai juga menghalangi pandang;
Sukar diabai namun menjeratku bimbang;
Tak kenal usai dan selalu membuat benciku berkembang.

Aku dan sahabatku akhirnya pamit beranjak.
Mengubur kenangan pahit yang sudah mati tergeletak.
Menyatu genggam untuk sepakat bangkit dan bergerak.
Sekali bernyawa untuk selamanya terkenang melalui butiran jejak.

Ini garisku sebagai manusia.
Aku jatuh dan terkubur bagai benih kecil yang terlupa,
Dihujani air mata;
Disengat oleh berbagai kecewa;
Tapi begitulah caraku akan tumbuh dan memberi napas pada manusia.

Ini garisku sebagai manusia.
Aksara: pedangku yang berbisa.
Luka: bahan bakarku untuk menjadi nyata.
Kematian: inspirasiku untuk tegar membuka mata.
Dan Tuhan adalah tujuanku yang paling utama.

Ini garisku sebagai manusia.
lalu,


kau di mana?

2 comments:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete