Akhir-akhir ini kehidupan betul-betul berat di hati. Aku tidak tahu di mana titik yang menyebabkan semua ini terjadi. Tapi, aku merasakan semuanya runtuh perlahan dengan pasti. Aku hanya berharap, apa pun pesan di balik semua ini, mudah-mudahan di akhir cerita, aku diberi kesempatan untuk mengerti ─sekalipun kehilangan usia adalah konsekuensi.
Hari ini tulang belakangku patah. Aku tidak begitu mengerti kenapa. Tapi, kuduga: karna aku duduk terlalu lama. Pasca channel dan semua bisnisku di-hacked, aku harus segera membangun semuanya kembali. Itulah yang membuatku akhir-akhir ini bekerja terlalu keras, dengan hati yang terlalu kosong.
Perihal patah tulang ini, mungkin kalian akan berpikir aku terjatuh, terpeleset atau bahkan mungkin beberapa dari kalian mengira aku habis kecelakaan di jalan raya. Tapi, pada kenyataannya, tulang belakangku patah hanya karna aku hendak duduk. Ya. Kalian tidak salah baca. Betul: tulang belakangku patah hanya karna aku hendak duduk menyandar di atas tempat tidurku. Sangat aneh memang. Hanya saja, jika dari sudut pandangku, itu tidaklah aneh sama sekali. Aku yang tahu betul betapa lemahnya tulang-belulangku; betapa lemahnya diriku. Maka, bukan hal yang mengejutkan bila untuk duduk pun bisa menyebabkan patah tulang begini. Dan sejujurnya, ini bukanlah yang pertama kali.
Tak hanya itu, jika kalian melihat tubuhku tanpa pakaian, kalian akan mengira aku seonggok mayat yang berusia satu bulan. Ya: aku sedang sangat kurus. Tulang-belulangku menonjol; kulitku menyempit —lekat pada tulang-tulangku. Seperti sesuatu mengisapku dari dalam; seperti sesuatu memakanku dari dalam. Aku tidak tahu pasti. Tapi, aku yakin, pikiran dan batinku bekerja terlalu keras, sehingga energi yang semestinya disalurkan ke seluruh tubuh─ dihabiskan oleh mereka secara penuh. Betul, pikiran dan batinku adalah dua elemen yang bertanggung jawab atas ke-zombie-anku.
Aku tidak kuat menulis, nanti akan kulanjutkan di lain kesempatan. Aku belum memperbaiki tulangku. Dan sejak kemarin sore hingga detik ini, aku masih tetap menahannya; aku masih terbaring dengan tangan yang mengepal. Aku tidak tahu, tapi rasanya, rasa sakit ini semakin buruk seiring berjalannya waktu. Rasa sakit fisik dan batin ini menyebar ke seluruh tubuh. Dan yang paling terasa adalah kepala bagian belakangku; dan itu cukup berpengaruh pada keoptimalan penglihatanku: aku agak samar-samar saat ini; mengetik tulisan ini.
Aku belum menjelaskan tentang rasa sakit batinku, ya? Tak apa, aku juga sudah mulai lelah untuk menjerit tentang isi perasaanku. Pun kalian yang membacanya, kan?
Entahlah, aku hanya ingin ada yang tahu bahwa aku punya banyak sekali hal untuk disampaikan.
Aku hanya merasa punya hak juga, untuk diberi pengobatan.
Aku teramat nyeri. Dan itu tak pernah sedetik pun berhenti.
semangat ka zha! cepat sembuh ya!
ReplyDeletesemangat bang Akalanka
ReplyDeleteidk, i really want to hug you.
ReplyDeleteThe best
ReplyDelete