Beberapa hari ini, aku tidak tahu bagaimana caranya tidur, caranya bersosial, caranya menjadi manusia normal. Aku berada di suatu wilayah di dalam diriku─ menyaksikan ombak-ombak pecah di hadapanku; pikiran-pikiran lalu-lalang namun buntu; kenangan yang hadir secara bertubi-tubi bagaikan tetesan hujan yang begitu deras dan menenggelamkanku. Aku kehilangan keseimbanganku. Hal-hal menjadi sangat bertentangan di dalamku. Semuanya saling tertaut, namun terlepas dariku. Memori adalah hal-hal yang melekat di dalam diriku, namun di saat yang bersamaan, memori adalah hal-hal yang hilang dariku.
Pagi ini adalah hari Minggu, hari libur, dan aku belum juga bisa tertidur. Otot-ototku mengendur. Tulang-tulangku menjadi lentur. Tatapanku blur. Air mata mengering namun jati diriku terasa perlahan luntur. Aku kehilangan ketajamanku, nyaris dalam hal apa pun. Motorikku tidak bekerja dengan baik, seperti tidur, makan, berjalan, menggunakan benda, berolahraga, membalas pesan, merespon pertanyaan, membuat keputusan, semua hal ringan menjadi terasa begitu sulit untuk dilakukan. Getir dan rasa takut menguasaiku. Oh, hidup menjadi sungguh tidak nyaman, segalanya menekan, tubuh menuntut, memori mengisap, setiap elemen di dalam diri menjadi tidak kooperatif dan senang untuk saling menyulut peperangan, tapi tak ada pilihan selain terus berjalan, berpegang pada apa pun sampai tiada lagi apa pun; memeluk siapa pun sampai tak ada lagi seorang pun, sampai kita menyadari: tiada kawan selain kesendirian.
Aku berusaha untuk menutupi kekacauan diri dengan mencari setitik potensi ketertarikan yang mungkin bisa kukembangkan pada berita terkini; pada apa yang viral hari ini, tapi aku tidak bisa, mereka adalah salah satu faktor; mereka juga apa yang selama ini kusebut teror. Bagaimana menjelaskan ini dengan benar? Sungguh sulit terdeskripsi. Ini berat. Ini membebani. Sial! Aku benci untuk peduli ketika seharusnya aku berlepas diri. Generasi ini seperti bualan yang ternavigasi.
Hidup di zaman yang mencampuradukkan kekecewaan dengan kebenaran, bagaikan menjaring udara─ kesia-siaan memiliki pola kegiatan yang terbentuk. Aku sedang menulis dengan keadaan terduduk, namun aku seperti sedang berada jauh di dalam mimpi buruk: gelap, bingung, suram, terkutuk, semua pintu terasa begitu asing dan tertutup, kesadaran menjadi sesuatu yang mustahil, aku menulis di dalam keterasingan, aku bersedih di dalam keterasingan, aku berpikir dan bertindak di dalam keterasingan, aku memanggil, memanggil, dan memanggil, tapi suaraku kembali dan tertekan. Aku....menjadi.....apa yang tidak kukatakan,
atau melangkah dengan lembut, seperti bisikan.
0 comments:
Post a Comment