Duhai ,Nyonya..
Tiadalah syair ku cipta berharapkan tatap maya
Sebab rasa mustahil menyampai dusta
Ku tempuh jemah dengan ragam bahasa
meski pelik sekali ku rasa.
Halalkanlah setiap sajakku
Rengkuh sekelumit rindu
Tibanya atau keterlambatannya
Janganlah Nyonya bersambut cerca
Dimanalah Nyonya kan temui lagi macam rinduku?
Ku sambangi petang
Ku jelajahi terang
Demi Nyonya yang inshaaAllah kan daku jelang
Sudilah daku goreskan pena
Petang atau terang sama saja
Duh gemetar jua akhirnya
Nyonya-lah yang selalu jadi kalimat pertama
Jangan salahkan angin yang menerpa
Pun cinta yang ku rasa
Dustakanlah bila keduanya tervonis buta
Sebab mereka hanya taat sahaja kepada Penciptanya.
Terdirinya duniaku sederhana
Ber tiangkan agama dan ber atapkan cinta
Syair adalah dipan-dipan nya.
Dan Nyonya adalah alasannya.
Apalah bahagia dunia selain agama dan cinta?
Ah , macam gurauan dan tipuan nyatanya.
Tak cepat tak lambat
lekang waktu beban menjulang
Saat ini , tak tahu-lah daku dimana Nyonya ber mihrab
Tak paham pula daku pasal rahasia Rabb
Tapi selama Nyonya sedia dan daku mampu
InshaaAllah pijakku tak gentar dalam menunggu.
Nyonya , ridha-lah sajak ini ku tebar bak sayembara
Ditatap jutaan mata
Dihadapkan ribuan kepala
Diterjemahkan logika ataupun rasa
Tiadalah daku peduli dengan sindir dan praduga
Sebab tulisanku akan berujung jua
Dan moga-moga Nyonya-lah Tuan-nya.
April 22 , 2018
22:11 WIB
0 comments:
Post a Comment